Kamis, 08 April 2010

KONSEP DASAR RETAILING.

KONSEP DASAR RETAILING.

Retailing adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang selalu kita lakukan dimana kita mengambil keuntungan/ kebutuhan kita.

Aktivitas rtel melibatkan hubungan antara produsen, pedagang besar serta konsumen. Konsumen merupakan ujung tombak keberhasilan bisnis ritel, melalui daya beli konsumen adalah modal dasar bagi ritel dalam mendapat keuntungan.Oleh karenyanya Management retail haruslah dapat menentukan keputusan dalam menyeleksi target pasar, penempatan toko, menentukan merchandise apa yang akan dijual dan jasa yang diajukan, serta harus bisa bernegosiasi dengan supplier dan menentukan harganya, promosinya serta display merchandise-nya.

Bisnis ritel dapat dikelompokkan pada ciri-ciri tertentu yaitu:

1.Discount Stores. Toko diskon.
Discount Store atau toko diskon adalah toko pengrecer yang menjual berbagai harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah ,Makro dan Alfa.

2.Speciality Stores/ Toko produk Spesifik.

Toko produk spesifik adalah merupakan toko eceran yang menjual barang –barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesific. Contoh specialituy store adalah toko buku , toko music , toko obat dan banyak lagi.

3.Depatement Stores.

Adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang pengelolaannnya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departement yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti Ramayana, robinson, rimo dan sebagainya .

4.Convinience Stores.

Adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket alfa dan indomaret.

5.Catalog Stores.

Adalah suatu jenis toko yang memberikan banyak informasi produk melalui media catalog yang dibagikan kpeada para konsumen potensial. Toko catalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak.

6.Chain Stores.

Chain stores adalah toko pengecer yang mimiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oelh perusahaan yang sama.

7.Supermarket.

Supermarket adalah toko eceran yang menjual lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama .

8.Hypermarket.

Adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat banyak atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hipermarket. Contohnya anatara lain hipermarket giant, hipermarket hypermart dan hypermarket carrefour.

Konsumen adalah seseorang yang sangat menentukan besarnya profit yang akan diperoleh oleh sebuah perusahaan, melalui keputusan-keputusan membeli produk barang atau produk jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, motivasi konsumen dan keputusan mereka untuk berbelanja benar-benar menetukan kelangsungan hidup suatu usaha atau bisnis.

Dahulu konsumen membelanjakan uangnya hanya untuk mendapatka produk semata, baik produk barang ataupun jasa. Namun saat ini, konsumen telah mulai beralih kepada apa yang dikenal dengan ’service’ atau pelayanan. Masalah waktu belanja yang terbatas, terutama dikota-kota dan meningkatnay jumlah wanita bekerja, dan anggaran belanja yang ketat seiring dengan menurunnya daya beli, telah membuat konsumen benar-benar harus dapat membelanjakan uangnya secara tepat.

Terdapat dua alasan utama yang mengharuskan para pengecer untuk mulai merubah cara mereka menjalankan bisnisnya, yaitu:

1. Alasan pertama adalah perubahan pola belanja dan tingkah laku belanja seperti yang telah dikemukakan di atas.

2. Alasan ke dua adalah munculnya persaingan yang sangat ketat diantara para pemain di bisnis ini. Pengecer harus mencari, menerima dan menerapkan ide-ide atau cara-cara baru yang dapat membuatnya selangkah lebih maju dibandingkan kompetitornya

Menurut Rosenberg, Iris. S (1988: 02-10)

Menyimak dari pengertian Retailing ,adalah bisnis yang menjual produk dan jasa pada konsumen untuk kebutuhan pribadi atau keluarga. Retail juga merupakan bisnis terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan manufactur dengan konsumen.

Manufaktur membuat produk dan menjualkannya pada retailer atau semua pedagang. Pedagang membeli produk dari menufaktur dan menjual kembali produk tersebut untuk para pengecer (rertailer). Saat pengecer menjual produknya lagi kepada konsumen, pedagang dan pengecer menampilkan kesamaan fungsi dalam memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen akhir.

Melalui Jalur Distribusi:

Manufaktur→ Pedagang → Pengecer→ Konsumen.

Pengecer mengatasi aktivitas bisnis dengan menampilkan fungsi yang meningkatkan nilai dari produk dan jasa yang dijualnya pada konsumen, yang memiliki beberapa fungsi yaitu:
# menyediakan pilihan Produk dan Jasa.
# Pejualan besar-besaran.
# Terbatasnya persediaan.
# Menyediakan jasa

Keterangan, sebagai berikut:

1. Menyediakan pemilihan Produk dan Jasa.

Manufaktur secara khusus memproduksi tipe tertentu dari sebuah produk.

Contoh: Cambell membuat soup, Kraft membuat produk sehari-hari, Kell agg membuat perusahaan sereal dan sebagainya. Jika tiap manufaktur ini mempunyai tokonya masing-masing yang hanya menjual produk mereka saja, maka akan menyulitkan konsumen dari segi pemikiran akan kebutuhan produk lain. Maka dengan adanya pengecer, kita bisa pergi ke berbagai macam toko apapun yang banyak pilihannya.

1. Penjualan besar-besaran.

Untuk mendaur biaya transportasi, manufaktur dan pedagang nantinya akan memindahkan produk di kuantitas terkecil untuk konsumen individual dan rumah penampungan pola konsumsi.

1. Persediaan terbatas.

Bagian fungsi dari pengecer adalah utnuk menjaga persediaan sehingga produk selalu tersedia ketika konsumen menginginkannya. Konsumen dapat menyimpan lebih sedikit persediaan produk dirumah, karena mereka tahu bahwa retail mempunyai produk yang tersedia ketika mereka menginginkan lebih.

1. Menyediakan Jasa.

Pengecer menyediakan jasa yang dapat memudahkan bagi pelanggan untuk membeli dan menggunakan produk itu. Mereka menyediakan bentuk kredit bagi konsumen, jadi konsumen dapat memiliki produknya kapan saja dan bisa membayarnya kemudian. Lalu mereka pun memajang produknya, jadi konsumen dapat melihat serta mencobanya sebelum melakukan transaksi pembelian.

Menurutnya dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”, kita sebenarnya dikuasai atau diperintah oleh paradigma atau pola pikir masing-masing. Hal inilah yang membuat seseorang tidak dapat menerima segala sesuatu yang baru. Paradigma adalah sebuah pola atau model yang merupakan sekumpulan kebiasaan dan aturan yang ada dalam kehidupan seseorang.

Paradigma merupakan hasil dari aturan-aturan, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, dan paham-paham yang telah tertanam kuat pada diri seseorang.

Dengan demikian, suatu paradigma dapat mengakibatkan hal-hal serius seperti

1. membutakan pebisnis terhadap kesempatan-kesempatan baru
2. menghalangi seseorang untuk membuat keputusan yang kreatif dan inovatif
3. mengaburkan kita terhadap strategi-strategi efektif yang dilakukan oleh manajemen
4. membuat seseorang mengabaikan pasar-pasar baru.

Ia mengemukakan bahwa paradigma bertindak sebagai sebuah filter yang menyaring data atau informasi yang masuk ke pikiran atau otak kita. Hanya data atau informasi yang sesuai dengan paradigma kita yang dapat masuk dengan mudah.

Ke arah mana bisnis eceran berjalan saat ini ? Melihat kembali ke awal tulisan ini, bisnis eceran di Indonesia telah dan sedang digiring kepada suatu ide baru yang dikenal dengan istilah ‘customer driven’ untuk menanggapi adanya pola belanja dan tingkah laku belanja konsumen yang telah berubah.

‘Customer driven’ adalah mengorientasikan atau mengarahkan bisnisnya sesuai dengan keinginan dan kemauan konsumen, bukan keinginan dan kemauan pebisnis. Dengan filosofi ‘customer driven’, pengecer harus mendasarkan semua keputusan bisnisnya kepada pelayanan untuk konsumen dan untuk kepuasan konsumen. Setiap orang dalam organisasi tersebut harus menyadari sepenuhnya bahwa melayani konsumen merupakan bisnis mereka satu-satunya.

Banyak perusahaan telah merubah ‘apa yang mereka katakan’, bukan ‘apa yang mereka lakukan ‘ untuk konsumen. Performa suatu bisnis eceran bukan dinilai dari siapa dan dimana mereka berada, melainkan berdasarkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya untuk kepuasan konsumen.

Apakah anda siap mengikuti perubahan dan tetap menjadi pemimpin dalam bisnis anda ? Tak ada jawaban lain selain “YA”. Maka rubahlah paradigma anda dan anda pasti menjadi pemenang.

Maraknya ekspansi bisnis eceran modern (retail) seperti supermarket atau minimarket yang mengancam sektor eceran tradisional, lebih disebabkan karena tidak jelasnya pelaksanaan aturan mengenai penataan zona tempat usaha sektor eceran modern. Ekspansi bisnis eceran modern bukan disebabkan adanya pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha yang tidak sehat.

Dikatakan, pendapat atau isu yang menyatakan usaha eceran modern mengancam sektor usaha tradisional seperti pedagang tradisional, sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah melaksanakan aturan yang jelas dalam menata zona tempat usaha sektor eceran modern.

Berkembangnya bisnis eceran di Dunia cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut. Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman.

Prospek penjualan ruang ritel mulai triwulan IV-2008 diperkirakan masih positif, meski terjadi perlambatan pertumbuhan pasokan. Ekspansi peritel diperkirakan melambat sebagai antisipasi terhadap melemahnya daya beli masyarakat.

Retailing, menurut Blackstone, John.H..(1985:02-08)

Retail adalah suatu paket aktivitas bisnis yang menambah nilai pada produk dan jasa yang dijual untuk konsumen untuk diri mereka sendiri atau keluarga.

Retail juga melibatkan jasa penjualan seperti rental video tape atau jasa pengiriman makanan.

Retail adalah salah satu industri terbsesar di dunia. Perusahaan retail mengajukan kesempatan manajemen untuk orang yang memiliki kemampuan dan minat yang luas.

Pelajar biasanya memandang retail sebagai bagian dari marketing. Karena management jalur distribusi adalah bagian dari manufaktur. Namun retail kebanyakan mengatasi aktivitas bisnis internasional.

Retail memiliki pusat institusi finansial. Pembelian barang dan jasa; mengembangkan keuangan dan management informasi utnuk mengkontrol operasional; mengatur gudang dan sistem distribusi dan desain serta mengembangkan produk baru sama seperti aktivitas marketing, contohnya periklanan, promosi dan peneliatian pasar.

Manager Retail biasanya selalu memberikan pertimbangan lebih awal atas tanggung jawab pada karir mereka.

3 lingkungan yang patut di waspadai dalam dunia Retail:

* Kompetisi.
* b.Lingkungan trends dalam konsumen demografik dan gaya hidup pengembangan teknologi dan industri retail.
* Kebutuhan, keinginan dan keputusan – proses pembuatan dari retail konsumen.

Keterangan:

1. Kompetisi.

Kompetisi utama pengecer adalah yang mempunyai format yang serupa. Kompetisi antara pengecer yang menjual merchandise yang sama menggunakan format yang berbeda, seperti diskon dan departement store, inilah yang dinamakan intertype competition.

1. Lingkungan Trends.

Pengecer memerlukan respon untuk gaya hidup dan lingkungan demografik dalam komunitas kita. Seperti berkembang di posisi atas dan segmen minoritas. (ini berdasarkan populasi US).

Jumlah penting dari orang-orang yang tertarik oleh posisi penjualan.

Stratergi Retail mengindikasikan bagaimana perusahaan merencanakan utnuk fokus pada sumbernya untuk menyelesaikan keobjektifitasannya.

Telah terindentifikasi:

1. Target pasar melalui puncak dimana pengecer akan langsung mengarahkan kebutuhannya.
2. Sumber dari merchandise dan jasa retailer akan diserahkan untuk memuaskan kebutuhan dari target pasar.
3. Bagaimana pengecer akan membangun kemajuan jangka panjang disamping pesaing.

Fungdi Retail; lebih spesifik, komunitas mengharapkan retailer untuk menyudahi fungsi distributif klasik oleh konsumen dalam kemajuan ekonomi:

1. Untuk menciptakan pemilihan Produk dan Jasa dapat diantisipasi dengan mmenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/ keluarga.
2. Untuk memberikan Produk dan Jasa dalam kuantitas yang cukup kecil untuk diri sendiri atau kebutuhan keluarga.

1. Untuk menyediakan / melengkapi pertukaran langsung untuk nilai melalui:

* pengerjaan yang efisien untuk transaksi.
* Jam yang fleksibel dan penyediaan tempat.
* Informasi yang berguna saat menentukan pilihan .
* Harga yang kompetitif.

Menurut J.Barry Mason. (1985:09)

Retail menyertakan seluruh aktivitas yang terlibat dalam penjualan barang-barang dan jasa untuk onsumen akhir.

Retailing adalah bagian dari proses pemasaran. Pada akhirnyaretail diarahkan oleh organisasi yang berperan sebagai penengah dalam jalur distribusi. Jalur distribusi adalah interogasi sistem dimana produk dan jasa dipasarkan.

Roda Teori Retailing.

Menurut Prof Malcolm Mcnair. (1985:07)

Tipe terbaru dari institusi pengecer yang memasuki pasar sebagai Low- margin, low-price, low-status. Pada akhirnya saat peningkatan kecepatan perdagangan, mereka menyediakan jasa baru dan meningkatkan fasilitas mereka melaui proses yang memajukan pengeluaran , margin dan harga konsekuen. Roda teori telah dikritik dalam beberapa point, seperti tidak semua operasi retail memulai dari Low-cost, Low-price outlets.

Retail menurut Melvin Morgenstein dan Hsrriet Strongin.(1985:07)

Retail mencakup penjualan barang-barang dan jasa untuk konsumen akhir mereka. Individu yang membei sesuatu untuk dirinya sendiri atau keperluan rumah tangga, seseoranf yang membeli tempat pembakarang atau kursi untuk kebutuhan rumah, itulah konsumen akhir.

3 tipe utama dari bisnisnya terlibat dalam mendapatkan barang dan jasa untuk konsumen; manufaktur, wholesalers, dan retailers.

Manufaktur: Seperti general motor dan guess, membuat produk yang membuat orang ingin membelinya.

Wholesalers: Pembelian dan distribusi manufaktur produk kepada retailers.

Retailers: Menjual barang-barang dan jasa secara langsung pada konsumen akhir.

Menurut Daniel .J. Sweeney.(1987:09)

Retailing Management melibatkan penampilan fungsi klasik dari retailing kreasi pemilihan, penjualan besar-besaran dan persediaan untuk pergantian nilai yang level labanya diterima dalam karakteristik lingkungan dengan melanjutkan perubahan yang menegangkan dan respon kompetitor untuk perubahan tersebut.

Menurut William.R.Davidson(1988:08)

1.
1. Kreasi pemilihan.

Merchandise dalam komunitas kita- biasanya pembeli dan penjual dari barang-barang tersebut mempunyai peraturan yang unik dalam system ekonomi kita. Para mercahnt biasanya memproduksi, bagaimanapun juga membeli barang-barang tersebut untuk tujuan dari penjualan ulang demi laba.

1.
1. Penjualan Besar-besaran.

Merchants akan menyerahkan produk dan jasa dalam kualitas yang cukup rendah untuk di konsumsi secara individual atau keluarga.

Tipe Kepemilikan:

1. Rantai Toko.

Dikarakterisasi oleh kepemilikan dari penggandaan unit retail dan pembelian terpusat dari merchandise yang sama untuk seluruh unit. Seperti sears dan Kmart.

b.Waralaba.

adalah format kepemilikan yang biasanya ditujukan untuk menggabungkan beberapa dari kemajuan bisnis kepemilikan mandiri dan rantai kepemilikan, sementara meminimalisir ketidakmajuannya.

Waralaba menyertakan hubungan kontrak antara bisnis perorangan mandiri dan sponsornya..

c.Sistem pemasaran vertikal.

Ketika dua atau lebih urutan produksi proses distribusi terjadi dibawah kepemilikan dari firma perorangan.

Sekarang retail menggunakan desain komputer dan teknologi komunikasi untuk merespon secara cepat perubahan kebutuhan konsumen.

Setiap kali kita ingin membeli sesuatu di supermarket, kita tinggal menggunakan komunikasi elektronik dan memutuskan produk mana yang nantinya akan dikirim dari gudang ke toko keesokannya.

Tren Industri Ritel Indonesia.

Menurut, Alfa Retailindo (1996: 11-50)

Seperti apa kira-kira masa depan yang akan dilalui oleh retailer di Indonesia ? Yang pasti masa depan akan lebih keras persaingannya. Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada masa datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah, biaya operasional lebih sedikit inventoi dengan perputaran barang yang lebih cepat.

Biaya pembelian sistem & teknologi informasi yang semakin kompetitif serta menjamurnya internet dan software pendukungnya, membuat implementasi dari Efficient Consumer Reponse (ECR) akan menjadi praktek manajemen yang umum. Proses continuous replenishment, cross docking, supply & system integration, dan teknologi barcoding akan membuat retailer beroperasi lebih effisien dan intensif teknologi. Retailer yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi akan tersingkir, dan akan digantikan oleh retailer yang beroperasi dengan dukungan teknologi yang lebih baik sehingga menghasilkan overhead yang rendah, volume tinggi, traffic tinggi dan harga yang kompetitif.

Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan.

Di masa yang akan datang ketika transaksi virtual sudah menjadi hal yang umum, maka prasyarat sukses sebuah toko yang ditentukan oleh lokasi, lokasi dan lokasi, sudah bukan jamannya lagi. Bisa saja sebuah non-store retailing dapat mencapai sukses walaupun beroperasi dari sebuah kantor yang berlokasi di gang kecil di Jakarta.

Dalam millenium baru ini beberapa trend yang sudah dan akan terjadi di Indonesia dan memberikan dampak bagi industri retail diantaranya :
Gelombang masuknya retailer asing.
Evolusi ke Format Retail Baru
Meningkatnya keluarga dengan double income (suami-istri bekerja).
Pertumbuhan kota-kota satelit disekeliling kota besar.
Mobilitas yang semakin tinggi dan waktu luang yang semakin sedikit.
Pembantu rumah tangga menjadi semakin mahal.
Perkembangan pemakaian PC rumah tangga dan internet yang semakin tinggi.
Perkembangan teknologi dan pemakaian Handphone-PDA.
Bagian pertama dari tulisan ini khusus membahas gelombang masuknya retailer asing dan evolusi format retail di Indonesia.

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar retail. Dengan jumlah penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Cina, Amerika dan India, tidak heran jika banyak retailer asing mengincar pasar retail di Indonesia.

Krisis moneter memberikan peluang yang sangat besar bagi retailer asing untuk masuk ke Indonesia. Dengan nilai tukar rupiah yang sangat lemah, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan ekspansi ataupun pembelian saham retailer lokal. Sampai saat ini paling tidak tercatat beberapa retailer asing yang gencar melakukan ekspansi atau menjalin partnership dengan retailer lokal misalnya Group Carrefour-Promodes mendirikan Paserba Carrefour, Royal Ahold membuka Tops (sebelumnya Ahold bermitra dengan PSP Food Retail), Lions dengan Superindo, Dairy Farm dengan Hero, dan IGA melakukan kerjasama teknis dengan Matahari. Beberapa retailer asing lainnya menunggu waktu yang tepat untuk masuk, misalnya Cassino dan Tesco.

Persaingan ini juga diramaikan oleh retailer lain yang terlebih dahulu masuk ke Indonesia, misalnya Makro, Price Club, Toys R Us, ACE hardware, SOGO

dan metro.

Retailer lokal pun tidak tinggal diam. Retailer lokal banyak belajar dari masuknya retailer asing terutama Carrefour. Matahari mulai membenahi fokus usahanya dengan meninggalkan merek gerai Galeria dan Mega M-nya. Kini mereka lebih fokus pada pengembangan satu merek gerai yaitu Matahari. Sementara itu retailer lokal yang lebih kecil; terus mengembangkan konsepnya menjadi lebih memperhatikan kenyamanan, assortment, dan display; Misalnya Alfa, Diamond, Tip Top dan Hari-Hari. Di sisi lain retailer lokal yang telah mapan, cenderung melakukan pengembangkan format gerainya menjadi lebih besar dan lebih lengkap.

Ramayana di outlet terbarunya di Mall Cileduk yang dibuka Oktober 2001, menyatukan format department store, supermarket, elektronik dan general merchandise dalam satu atap. Toko-toko berikut kelihatannya akan mengikuti kecenderungan ini.

Melihat bahwa krisis keuangan di Indonesia sampai saat ini masih terus berlanjut, maka hal ini benar-benar merupakan pukulan bagi industri retail di tanah air. Berdasarkan data yang ada antara tahun 1996 sampai 1999, sektor tradisional retail menurun sebesar – 9.6%, sedangkan sektor modern retail menurun sebesar -1.6%. Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa pada masa resesi ini sektor modern retail lebih cepat melakukan recovery dibandingkan sektor tradisonal.

Secara detail angka angka tersebut adalah sebagai berikut (dalam US Milyar): Tahun Modern retail Tradisional retail.

Nilai tukar rupiah yang tetap melambung tinggi, sungguh sangat memberatkan retailer, terutama yang memiliki hutang dalam US Dollar. Dengan demikian, diperkirakan pada masa yang akan datang akan lebih banyak terjadi akuisisi dan merger antar retailer tersebut. Selain itu akan semakin banyak retailer asing dengan konsep baru masuk ke Indonesia. Sehingga makin memeriahkan kompetisi ini.

Dalam sepuluh atau duapuluh tahun ke depan format retail yang ada seperti saat ini, misalnya supermarket, department store, convenience store dan hypermarket, akan pudar pamornya dan digantikan oleh format baru yang lebih sulit dibedakan garis pemisahnya antara satu format dengan format lain, antara retailer dengan food service/restaurant dan antara retailer dengan supplier (channels blur).

Akan marak supplier (manufacturer) yang membangun jaringan retailer sendiri.

Evolusi perkembangan format retail di Indonesia dapat di bagi atas beberapa tahapan. Dapat dikatakan format retail di Indonesia berkembang dalam siklus 10 tahunan. Namun demikian, ada kecenderungan siklus ini akan berjalan dalam periode yang lebih singkat. SMfr@nchise mencoba untuk membagi tahapan evolusi format retail di Indonesia (Jakarta) dan prediksi perkembangannya sampai tahun 2020.

Evolusi format retail di Indonesia yang diolah oleh SMfr@nchise adalah sebagai berikut :
Sebelum 1960-an : Era perkembangan retail tradisional berupa retailer atau pedagang-pedagang independen.
Tahun 1960-an : Era perkenalan retail modern dengan format Department Store (Mass Merchandiser), ditandai dengan dibukanya gerai retail pertama SARINAH di Jl. MH Thamrin.
Tahun 1970-1980-an: Era perkembangan retail modern dengan format Supermarket dan Department Store, ditandai dengan berkembangnya retailer modern (Mass Merchandiser dan Grocery) seperti Matahari, Hero, Golden Truly, Pasar Raya dan Ramayana.

SURABAYA – Daya beli masyarakat cenderung menurun menyusul hantaman krisis finansial global. Dampaknya, omset sejumlah pusat perbelanjaan mengalami stagnasi. ”Kini pertumbuhan omset di dua bulan terakhir cukup sulit diraih. Namun, kami tetap yakin investasi dengan peningkatan penetrasi pasar adalah solusi terbaik,” kata Regional East Java and Kaltim PT Matahari Putra Prima Tbk Tjipto Suparmin, kemarin (13/11).

Tjipto optimistis kalau perluasan gerai merupakan cara efektif untuk menaikkan omset. Terbukti, omset rata-rata perbulan tahun ini mencapai Rp 76 miliar, naik dibanding omset perbulan tahun lalu yang hanya Rp 58 miliar. ”Kami telah menyiapkan dana Rp 60 miliar untuk memperluas gerai Matahari di Tunjungan Plasa dengan konsep baru bertema New Generation,” timpalnya.

Renovasi gerai tersebut akan dimulai pada Desember hingga Juli tahun depan. Jika semula hanya 15 ribu meter persegi, nantinya akan diperluas menjadi 19 ribu meter persegi. ”Perubahan konsep ini adalah yang kedua setelah di Kawaraci.

Rencananya, secara nasional akan hadir enam gerai Matahari New Generation,” ujarnya.

Sementara itu akibat melemahnya rupiah kini produk garmen impor mulai berkurang jumlahnya di pasaran. Ini karena banyak importir yang memilih untuk menahan diri hingga rupiah stabil.

Persaingan bisnis ritel yang marak di beberapa tempat di sekitar Jakarta dan sekitarnya seperti Tangerang Bekasi dan sekitarnya mulai memakan korban. Tidak saja pemain kecil yang terkena bahkan pemain besar sekelas Hero pun mulai mengalami kesulitan.

Pagi ini saya mendengar kabar dari pelanggan Hero Cinere Mal bahwa Hero supermarket tiba-tiba berganti nama menjadi Giant. Hal ini tidak dibarengi dengan perubahan apapun di dalamnya. Saya sendiri tidak tahu apa yang terjadi.

Di negara Malaysia memang nama Giant tidak hanya dipakai untuk nama hypermarket melainkan juga untuk format supermarket. Apakah strategi itu yang akan dipakai?

Kedua, hari ini saya melihat Giant Hypermarket Serpong Town Square yang berlokasi di pinggir jalan tol Jakarta Merak telah menghentikan operasinya dan memasang spanduk sedang direnovasi. Anehnya toko ini baru beroperasi satu tahunan jadi apanya yang direnovasi.

Belum lagi beberapa bisnis ritel tradisional maupun moderen skala kecil menengah di daerah di mana bisnis ritel raksasa tersebut hadir. Semua mengalami penurunan penjualan yang berakibat kerugian dan penutupan outlet.

Peluang bisnis ritel di Jatim masih terbuka dan siap menampung 60 gerai supermarket dan hipermarket lagi, kendati ekspansi pasar modern itu kerap ditengarai mengancam pedagang pasar tradisional.

Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Abraham Ibnu mengatakan potensi pengembangan pasar modern di Jatim masih cukup besar. Tingkat rasio antara jumlah supermarket, hipermarket dan minimarket terhadap total populasi penduduk di provinsi ini belum berimbang.

“Setidaknya masih ada peluang sekitar 60 gerai supermarket dan hipermarket lagi untuk dikembangkan di Jatim. Jumlah itu tidak termasuk pengembangan minimarket yang potensi bisnisnya masih cukup besar,” ujar Abraham kepada Bisnis di Surabaya.

Saat ini, kata dia, sebagian besar supermarket di Jatim beroperasi di Surabaya. Di luar itu relatif sedikit. Belum semua ibu kota kabupaten/kotamadya terdapat supermarket seperti Carrefour, Giant atau Makro.

Meski di hampir seluruh daerah tingkat dua di Jatim telah berkembang pesat gerai minimarket.

Bahkan sampai akhir 2008 masih akan ada sekitar 15 gerai minimarket baru yang siap beroperasi di Surabaya. Sementara sektiar 35 gerai akan beroperasi di Malang, Probolinggo, Banyuwangi dan Kediri. “Jadi akan ada tambahan sekitar 50 gerai minimarket baru.”

Sampai Juli 2008, total minimarket di Jatim tercatat 1700 gerai. Sebagian besar merupakan gerai milik Alfamart dan Indomart. Sementara jumlah supermarket dan hipermarket mencapai 15 outlet.

Rencananya sampai akhir 2008 akan ada tambahan 20 outlet baru. Jumlah itu termasuk tiga raksasa ritel asing yang saat ini sudah mengantongi perizinana untuk beroperasi di Jatim.

Abraham tidak sependapat bila keberadaan pasar modern dinilai telah mengancam pedagang ritel di pasar tradisional. Pasalnya konsumen yang belanja ke hipermarket itu rata-rata hanya dua-tiga kali per bulan, sedang ke minimarket tiga sampai empat kali, sisanya masih didominasi belanja di pasar tradisional termasuk pedagang sayur keliling.

Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APSI) Jatim HM Zaini menilai keberadaan supermarket di Surabaya tergolong jenuh.

Jika masih akan ada yang buka lagi dapat dikhawatirkan akan mematikan pasar dan toko kelontong yang beroperasi di kampung dan perumahan.

Menurut dia, saat ini sudah ada 83 pasar tradisional di Surabaya yang omzetnya terus menurun, meski lokasinya jauh dari pasar modern. “Pedagang memang tidak melapor ke PD Pasar Surya tetapi ke APPSI.”

HONG KONG (Bloomberg): Penjualan ritel China naik 22%, hampir menjadi kenaikan tercepat dalam sembilan tahun, sehingga memberi sinyal permintaan domestik mampu menopang pertumbuhan ekonomi negeri terbesar keempat dunia ini untuk mampu bertahan dari krisis ekonomi global.

Pendapat dari penjualan naik menjadi 1,008 triliun yuan (US$148 miliar) pada Oktober 2008, data statistik China hari ini. Pada September angka ini sudah naik 23,3% dari posisi September 2007.

Pemerintah China berencana mengucurkan US$586 miliar sebagai paket stimulus ekonomi yang digunakan untuk meningkatkan belanja perumahan dan infrastruktur demi mengerem resesi. Permintaan ekspor produk China, penurunan angka penjualan real estate, menyebabkan pertumbuhan perekonomian negeri itu melambat hingga terendah dalam lima tahun.

“Paket stimulus ekonomi bernilai miliaran ini memicu masyarakatnya untuk tetap belanja. Peningkatan konsumsi domestik dapat membantu menggairahkan perekonomian dalam beberapa bulan ke depan,” kata Arthur Kroeber, head of research Dragonomics Advisory Services Ltd di Beijing.

Indeks saham CSI 300 naik 1,2%. Yuan menguat menjadi 6,8285 per dolar AS pada pukul 3:58 p.m waktu Shanghai dari 6,8305 sebelum pengumuman angka ritel ini.

Pelaku usaha minimarket bermerek lokal wajib waspada mengantisipasi masuknya minimarket asing. Pasalnya, meski akses investasi langsung pelaku minimarket asing ke Indonesia ditutup, pemerintah tetap mengizinkan ekspansi minimarket merek asing dengan pola waralaba.

Ketua Harian Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengungkapkan, dengan diizinkan masuknya peritel asing dalam bentuk waralaba maka ekspansi mereka dapat menembus seluruh wilayah nusantara.

“Dengan bentuk waralaba, maka sangat terbuka ekspansi sampai ke daerah-daerah, bergantung pada kebutuhan pasar,” kata Tutum, Selasa (11/10).
Sebelumnya, Menteri Perdagangan menegaskan, minimarket asing hanya dapat masuk ke Indonesia melalui sistem waralaba karena Peraturan Presiden (Perpres) No 111/2007 melarang investasi langsung minimarket asing.

“Investasi langsung minimarket asing secara aturan tidak boleh. Mungkin dia masuk sebagai franchise (waralaba),” kata Mari Elka Pangestu kepada Antara, menanggapi rencana masuknya minimarket asal Jepang 7-Eleven ke Indonesia.

Pemerintah memang menutup investasi asing langsung di bidang ritel, khusus minimarket. Investor asing masih boleh masuk untuk pembangungan departemen store dan pasar moderen.

Menurut Tutum, dengan masuknya pemain asing, pemerintah perlu lebih menjalankan peran dalam mendukung pertumbuhan bisnis ritel, khususnya minimarket. Selama ini pemerintah belum menunjukkan keberpihakan dalam mendorong perkembangan pelaku usaha minimarket.

Padahal di samping merek besar seperti Alfamart dan Indomart, banyak peritel lokal di daerah yang bergerak dalam usaha minimarket. “Pemerintah perlu support, selama ini peraturan belum mendukung. Misalnya perizinan masih dibutuhkan waktu yang lama untuk mendirikan minimarket,” kata Tutum.

Alfamart Optimistis
Sementara itu, PT Sumber Alfaria Trijaya, sebagai pengelola dan pemilik hak waralaba minimarket Alfamart, segera menambah operasional empat gudang pusat distribusi atau distribution center di lima wilayah antara lain, kota Balaraja, Malang, kawasan Jababeka, dan Bandung.

Manajer Korporasi Komunikasi Alfamart Didit Setiadi mengatakan, dua dari gudang baru itu merupakan gudang substitusi dan dua lainnya gudang baru, yaitu di Kabupaten Malang dan Kota Bandung.

“Kami membangun gudang baru di kawasan Jababeka sebagai pengganti gudang di Bekasi, sedangkan pusat distribusi yang di Balaraja, sebagai pengganti gudang di Serpong (Tangerang). Kami harapkan (pembangunannya) rampung sebelum akhir 2008,” tutur Didit.

Menurut Didit, satu gudang mampu menyalurkan produk-produk di 300 hingga 400 gerai Alfamart yang berada di sekitar lokasi gudang. Pihaknya optimistis dapat menaikkan penjualan hingga 300 persen pada triwulan III 2008 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jumlah gerai Alfamart per Juni 2008 tercatat 2.505 unit. Dari jumlah itu, 40 persen di antaranya merupakan toko waralaba. Pada 2007 Alfamart memiliki 2.200 gerai.

Diakuisisinya Alfa Supermarket oleh Carrefour dan Hero oleh Giant semakin memperkuat pondasi jaringan toko raksasa raksasa dunia untuk semakin eksis di Indonesia, kita lihat saja di beberapa kota besar di pulau Jawa terasa sangat kentara, bukanya raksasa ritel baik dari luar negeri maupun dalam negeri tidak bisa di hindari, sementara dari kebijaksanaan dan pengaturan perangkat perundang undangan yang belum terasa memihak pelaku usaha menengah dan pedagang kecil.

Disisi Lain kita bisa melihat semakin pesatnya “chain store” jaringan toko seperti Indomaret dan Alfamart yang menjemput bola ke konsumen semakin dekat seperti ke perumahan dan pelosok pelosok desa terpencil membuat nuansa berbeda dan merupakan pilihan baru bagi masyarakat yang belum pernah mwlihat konsep belanja modern.

Di kelas kecamatan kecil di pelosok desa pun dengan mudah kita bisa temukan jaringan mini market keduanya, namun apakah hal ini menggangu eksistensi pedagang kecil serta pasar tradisonal secara langsung, mungkin jawabannya tidak secara langsung karena segmen mereka berbeda.

Anda bisa bayangkan ketika gula di rumah Anda habis atau Anda butuh telur sekedar 1-2 buah, rasanya akan berpikir untuk belanja ke ritel dengan format formal walaupun tidak ada larangan.

Sebagian besar masyarakat kita masih belum terbiasa belanja dengan format formal seperti di Supermarket dan Mini Market apalagi ke Hipermarket

Bagaimanakan kiat bersaing dengan jaringan toko moderen? sebetulnya tidaklah susah namun juga tidak mudah. Selama ini UKM di ritel belum ada yang memfasilitasi dan

mensupport secara konsultasi, manajemen dan bantuan support finansial berupa kemudahan kredit dll. Kalaupun mereka sebagian berubah karena inisiatif mereka sendiri.

Baik pemerintah pusat maupun di tingka daerah belum mengambil langkah riil dan nyata untuk mengembangkan serta membantu mereka, padahal jumlah dan potensi mereka cukuplah besar . Bila potensi ini dikelola dengan bagus akan menjadi kekuatan ekonomi tersendiri.

Pada umumnya pedagang kecil dan usaha eceran tradisonal masih mengunakan sistem dan manajemen yang sangat tradisonal dan konvensional. Baik dari sisi infrastruktur maupun secara sistem dan manajemen.

Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama kedepan perlu kebijaksanaan yang signifikan untuk bisa merubah dan membantu sektor ekonomi ini.

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan jaringan toko moderen tadi kita akan menjadi bagian dari penonton yang melihat kemana arah perekonomian sektor ritel kedepan? Bagaimana menurut Anda?

Berkembangnya bisnis eceran di Indonesia beberapa tahun terakhir ini cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut.

Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung sebagai salah satu pelaku dalam jasa penjualan eceran tidak akan terlepas dari kondisi tersebut.

Oleh karena itu Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung juga di tuntut untuk memiliki citra yang baik agar mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Maka dari itu penulis mengambil judul “ Pengaruh Citra Toko terhadap Keputusan Pembelian Konsumen”.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa citra toko Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung kurang baik di mata konsumen di pandang dari lokasi yang kurang strategis, desain dan fasilitas fisik yang kurang menarik, promosi penjualan yang dilakukan tidak mampu menarik minat konsumen dan pelayanan pelanggan kurang ramah.

Sementara untuk keputusan pembelian konsumen meliputi tahap-tahap dari pengenalan masalah konsumen tidak termotivasi belanja karena Borma Dakota memiliki citra yang kurang baik, pencarian informasi mengenai Borma Dakota juga masih sulit konsumen dapatkan, penilaian alternatif yang dilakukan konsumen juga dengan membandingkan Borma Dakota dengan tempat lain sangat tinggi dan kepuasan yang dirasakan konsumen setelah belanja di Borma masih sangat rendah.

Hubungan citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen Borma Dakota memiliki hubungan yang signifikan sebesar 0,217, sedangkan pengaruh citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen sebesar 4,71%, sedangkan sebesar 95,29 citra toko dipegaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dipelajari dalam penelitian ini.

Perlu Grand Strategy Penyelamatan Industri

Perlu Grand Strategy Penyelamatan Industri

Ribuan peraturan daerah pun diminta untuk ditinjau.

JAKARTA -- Pemerintah harus membuat rancangan grand strategy ekonomi untuk menyelamatkan industri di Tanah Air. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan strategi besar itu dibutuhkan untuk mengatasi serbuan produk Cina yang mematikan industri dalam negeri.

Ketua Umum Kadin, MS Hidayat, mengatakan untuk sanggup bersaing dengan serbuan produk buatan Cina, Indonesia dapat mengejar ketinggalannya dengan memfokuskan pada sektor unggulan tertentu. "Misalnya, karena kita sulit bersaing di sektor otomotif, kita bisa unggul di subsektor otomotif," jelas Hidayat di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurutnya, ada lima sub sektor industri yang dapat menjadi keunggulan Indonesia. Yakni, pertanian, perkebunan, perikanan, tekstil, dan garmen. Kelimanya, dinilai Hidayat, berpotensi mengembangkan kembali industri dalam negeri.

Kalangan pengusaha yang diwakili berbagai asosiasinya mengeluhkan adanya banjir produk-profuk Cina di sejumlah bidang. Produk-produk dari Negeri Tirai Bambu yang masuk pasar Indonesia itu, antara lain, tekstil, barang elektronik, mainan, makanan, minuman, alat tulis kantor, dan pakaian jadi.

Wakil rakyat di Senayan pun mengungkapkan kekhawatirannya atas masuknya barang-barang dari Cina. Karena itu, mereka mengusulkan agar dibuat pagar-pagar yang melindungi produk dan industri dalam negeri agar tidak tenggelam dan kemudian bangkrut.

Sejumlah paket yang dikeluarkan belakangan ini, seperti paket kebijakan infrastruktur dan paket perbaikan investasi, menurut mereka, masih belum cukup untuk membangkitkan industri dalam negeri. Lebih jauh Hidayat menjelaskan, setelah fokus kebijakan pemerintah ada, baru kemudian dibuat produk turunan kebijakan tersebut. Dengan begitu, kebijakan di bidang perpajakan, insentif, harmonisasi tarif, dan lainnya tidak bertabrakan.

Indonesia, lanjut dia, tidak mungkin unggul di seluruh sektor industri. Untuk itu, diperlukan pemilahan sebagai bagian dari pemfokusan keunggulan apa yang hendak dikembangkan di dalam negeri. "Kadin siap berdiskusi dan memberi bukti sektor mana yang masih dapat diunggulkan," tuturnya.

Pemerintah diakui Hidayat memang belum memiliki fokus yang menentukan arah kebijakan ekonomi hingga menghasilkan industri yang tangguh. Kebijakan yang dibuat antardepartemen pun tidak sinergis. Akibatnya, kebijakan yang diambil terkadang justru merugikan pelaku industri. "Contohnya kakao," kata Hidayat.

Departemen Pertanian menginginkan peningkatan ekspor kakao, sedangkan Departemen Perindustrian menginginkan pemberian pajak kakao. Tujuannya, agar dapat dialihkan ke sektor industri melalui pabrik pengolahan hingga bernilai tambah. Artinya grand strategy tersebut harus dirumuskan oleh Menteri Koordinator Perekonomian.

Perda

Hidayat juga menginginkan pemerintah meninjau sejumlah kebijakan yang tertuang dalam peraturan daerah (perda). Pasalnya, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang tidak berkesinambungan kerap menghasillkan peraturan yang tidak selaras. S

Saat ini, Komite Pemantauan Peraturan Otonomi Daerah (KPPOD) Kadin sedang menelaah 11 ribu peraturan daerah yang dibuat selama lima tahun terakhir. Sebanyak 5.000-6.000 peraturan daerah tersebut sudah selesai diteliti komite yang terdiri dari elemen Ford Foundation dan Universitas Indonesia. Hasilnya, ada 1.100 peraturan yang harus dihapus atau direvisi karena tumpang tindih dengan peraturan hukum yang lebih tinggi.

Selain membuat peraturan yang sifatnya tumpang tindih, sejumlah peraturan daerah juga bervisi menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) hingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi. "Ini harus dicabut," kata Hidayat.

CAFTA telah Dimulai

CAFTA telah Dimulai

Metrotvnews.com, Jakarta: Tahun Baru 2010 menandai diberlakukannya Perjanjian Perdagangan China - ASEAN (China - ASEAN Free Trade Area, CAFTA). Dengan kesepakatan ini, maka barang-barang antarnegara China dan ASEAN akan saling bebas masuk dengan pembebasan tarif hingga nol persen.

Sejumlah pengusaha menilai, sektor usaha kecil dan menengah akan tergilas karena serbuan barang-barang murah dari China. Dengan kesepakatan itu, sedikitnya delapan sektor industri Indonesia meminta penundaan CAFTA. Kedelapan sektor ialah, sektor industri besi dan baja, tekstil dan produk tekstil, sektor kimia nonorganik, sektor elektronik, sektor furniture, sektor alas kaki, sektor petro kimia, serta sektor makanan dan minuman.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Cahyono. Dengan adanya CAFTA, serbuan produk China akan membikin pangsa pasar furnitur Indonesia turun hingga 50 persen, karena harga furnitur China lebih murah sekitar 20 persen.

Kendati ditolak, pemerintah tetap bergeming. Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, strategi untuk menghadapi perdagangan bebas bukan dengan menunda melainkan dengan memperkuat industri dalam negeri. Ini berguna untuk menghadapi produk-produk China.

Pemerintah berjanji membantu sektor industri yang rentan kesulitan bersaing dengan produk China. Selain itu, hambatan nontarif juga akan diterapkan, berupa standardisasi produk impor masuk. Untuk 2010. CAFTA berlaku bagi enam negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam akan berlaku 2015 mendatang. (*****)

Strategi Menghadapi ACFTA

Strategi Menghadapi ACFTA

Selamat datang di ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA), satu era yang membuat sebagian besar pebisnis Indonesia merasa terancam. Mengapa? Bukankah produk Cina sudah lama masuk?

Benar. Sebenarnya, dari dulu produk Cina yang terkenal murah sudah membuat pebisnis lokal ketar-ketir. Namun karena ACFTA, Januari ini, 83% dari 8.738 produk impor Cina bebas masuk ke pasar Indonesia tanpa dikenai bea masuk. Wajarlah terjadi kecemasan lantaran dulu pun telah membawa dampak, apalagi sekarang yang tanpa bea masuk.

Pertanyaannya: mengapa produk Cina berharga murah dan semakin bagus kualitasnya?

Kenali lawanmu dan kenali dirimu. Untuk mengenal lawan, amati sisi technical dan sisi human social-nya. Kita lihat sisi teknis. Pertama, Cina unggul di 12 faktor kompetisi bisnis (GCI Cina di 29, Indonesia di 54). Kecuali faktor efisiensi pasar barang dan jasa, Cina menang telak di faktor sistem birokrasi yang cepat-tepat, infrastruktur, stabilitas ekonomi, inovasi bisnis, efisiensi tenaga kerja dan ukuran pasar (sehingga mampu mencapai economies of scale).

Kedua, Cina menerapkan strategi Reverse Engineering atau imitasi, sehingga mengurangi biaya riset & pengembangan, serta dapat memproduksi barang yang bervariasi dalam waktu singkat. Ketiga, adanya tax free policy selama tiga tahun pertama untuk perusahaan joint venture, subsidi 13,5% dari pemerintahan lokal dalam bentuk tax refund, pinjaman bank yang hanya 3% per tahun, serta banyaknya industri pendukung sehingga industri Cina tidak perlu mengimpor barang. Mata uang yuan yang dipatok terhadap US$ membuat harga ekspor barang Cina menjadi sangat murah.

Keempat, sistem politik di Cina lebih terbuka dan tidak memberangus kritik lagi sehingga mendorong perbaikan bersinambung. Contohnya, ada pertemuan tahunan yang disebut Chinese Economists Society.

Sekarang kita lihat sisi human-social. Pertama, adanya jejaring keluarga. Pebisnis Cina bisa menekan biaya pemasaran karena menggunakan jejaring ini untuk promosi. Kedua, ada trust antarpedagang, terutama kredit yang dilandasi guanxi (hubungan). Guanxi ini tidak hanya pada keluarga, tetapi juga kesamaan asal daerah, sekolah dan persahabatan.

Ketiga, investasi luar biasa di sektor pendidikan. Pada 1998, 3,4 juta pelajar masuk ke universitas. Empat tahun kemudian, pendaftaran universitas naik 165% dan siswa Cina yang ke luar negeri naik 152%. Setelah lulus mereka kembali dan membangun negerinya. Walau awalnya hanya menjadi pabrik alih daya, karena SDM-nya sudah menguasi teknologi, tak mengherankan perusahaan Cina seperti Lenovo bisa membeli IBM Thinkpad, Huawei mengancam Cisco dan Ericsson, serta Haier mengejar GE, Whirlpool dan Maytag.

Keempat, walau upah tenaga kerja hampir sama, buruh Cina bekerja lebih efisien (Cina di peringkat 32, Indonesia di 75 dari 133 negara). Produktivitas pekerja Cina naik 6% per tahun (1978-2003). Di Cina, satu produk butuh seorang pekerja. Di Indonesia, butuh tiga pekerja. Tukang batu di Cina benar-benar tukang batu tulen sementara di Indonesia adalah petani yang menganggur.

Lantas, bagaimana mengatasinya?

Langkah awalnya adalah analisis kompetensi inti Anda. Kenali dirimu berarti harus mengetahui betul apa kompetensi inti kita yang tidak dimiliki Cina. Hati-hati: kompetensi inti tidaklah sama dengan sumber daya yang kita miliki, seperti pertambangan, perkebunan/pertanian, properti dan infrastruktur. Sektor perkebunan, misalnya, memang Indonesia memiliki luas lahan yang besar, tetapi output-nya perlu digenjot agar lebih valuable, rare, costly to imitate dan non-substitutable. Karenanya, diperlukan audit manajemen strategis oleh pihak ketiga agar Anda tahu persis kekuatan dan kelemahan yang eksis di perusahaan.

Lalu, hadapi strategi harga murah Cina dengan empat cara. Pertama, menjalankan strategi harga lebih murah dari Cina, yakni menggunakan cara cloner, imitator, adapter (yang meniadakan biaya R&D), dan relokasi pabrik. Cara kedua, meningkatkan diferensiasi seperti layanan pascajual yang lebih baik, misalnya garansi uang kembali, produk yang berdasarkan kebudayaan asli Indonesia, hassle free experience, atau spesialisasi yang memanjakan konsumen terutama di sektor jasa.

Cara ketiga, melakukan inovasi produk yang lebih murah tetapi cukup berkualitas dengan Blue Ocean Strategy. Cara keempat, menerapkan strategi positioning “ada harga ada rupa”. Produk makanan Cina dikenal berbahaya: mainan anak beracun, komestiknya mengandung merkuri, susu mengandung melamin, perhiasan imitasi Cina mengandung logam berat kadmium. Banyak yang bilang kain batik asal Cina memang murah tetapi motifnya tidak bagus, kasar, dan kainnya kalau dipakai terasa panas di badan, sedangkan kain batik di Solo motifnya cukup bagus, begitu juga kualitasnya.

Tentunya, mengenal karakteristik pembeli sangat membantu dalam penentuan strategi. Pembeli dapat dibagi menjadi tiga golongan: premium, value for money dan ekonomi. Nah, produk Cina sebenarnya lebih diterima pembeli ekonomi dan value for money.

Terakhir, perkuat gotong-royong dan tolong-menolong. Dayagunakan jalinan kekeluargaan, kedaerahan dan alumni untuk membangun social capital seperti di Cina. Selain itu, tentunya pemerintah juga harus berperan lebih aktif membantu industri dalam negeri melalui strategi nontarif seperti pengetatan seluruh Standar Nasional Indonesia, pemberian label halal, serta pendayagunaan Komite Anti-Dumping dan Komite Pengamanan Perdagangan. Juga, membatasi ekspor energi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, membuat kebijakan fasilitas pajak, mereformasi birokrasi dan memperbaiki infrastruktur.

Jumat, 02 April 2010

TREND DALAM AKUNTANSI



Nama Kelompok :
Evi Purnamadewi ( 20206329 )
Indri Mandasari ( 20206476 )
Megi Wulan Rahayu ( 20206604 )
Melly Amalia Putri ( 20206610 )
Sugesti Tyas Utami ( 20206948 )
Ayu Ratna Selviani ( 21206178 )
Asti Febi Anita ( 21206229 )
Vonny Angelia ( 21206010 )


Universitas Gunadarma
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Teori Akuntansi dengan judul “Trend Dalam Akuntansi” .
Terima kasih disampaikan kepada Ibu Mujiyani,SE.,MM selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi.







Bekasi, 19 Maret 2010


Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar 2
Daftar isi 3
Trend Akuntansi 4
Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi 7
Akuntansi Perilaku 14
Multidicipline Paradigm 16
Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan 18
Efficiensi Market Hypotesis 20
Krisis Akuntansi Masa Depan 22






Tren dalam Akuntansi
A. Pengantar
Akuntansi sebagai ilmu terus beradaptasi dengan lingkungan social ekonomi di mana ia berada sehingga perkembangan social ekonomi juga memengaruhi perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang mengarahkan perkembangan itu sendiri sehingga tetap berada dalam kerangka teoritis yang sudah disepakati, kendatipun dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan seperti yang digambarkan oleh Kuhn maupun Poppe dari biasa saja muncul perkembangan yang sama sekali keluar dari kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.
Dalam bab ini akan membahas beberapa tren dalam akuntansi yang merupakan arah yang kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi atau bias saja tidak sampai mencapainya. Namanya tren hanya menunjukkan kecenderungan yang dilihat saat ini. Kenyatannya akan terbukti kemudian. Tugas akademisi dan professional adalah untuk bermimpi, melihat, menganalisis, dan ikut mengembangkan tren itu sehingga konvensi dan menambah manfaat ilmu itu membantu masyarakat secara luas.
B. Tren Akuntansi
Adolf J.H. Ethoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No.5 dengan judul Mega Accounting Trends, bedasarkan mega Trend 2000-nya Naisbitt, ia merefleksikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut.
1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang lebih relevan.
Kualitas relevan sudah menjadi ciri akuntansi, namun sampai saat ini kualitas ini belum dapat dinilai tercapai.
Kemudian, untuk mengantisipasi tren tersebut di atas, Enthoven menganjurkan penyempurnaan infrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren itu.
1. Penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
2. Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya dalam profesi akuntan.
4. Praktik profesi dan kelembagaan akuntansi.


Tren yang dibuat Ethoven ini teranjak dari Megatrend-nya Naisbitt yaitu:
1. Dunia akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global.
2. Dasar pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
3. Ciri masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
4. Struktur organisasi akn berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke struktur organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah tidak dikedepankan lagi.
5. Pilihan semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan banyak.
6. Pertumbuhan ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
7. Keterlibatan politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke democrasi partiisipasi.
8. Dari bantuan institusi ke mandiri
9. Kemajuan teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
10. Kekuasaan akan beralih dari sebtralisasi ke desentralisasi.
Kesepuluh shift inilah yang dijadikan dasar oleh Enthoven untuk memprediksi pengaruh tren itu ke dalam profesi dan bidang ilmu akuntansi.

Hubungan antara tren itu dengan megatrend akuntansi dapat dilihat pada bagan di atas:
Dari keadaan ini dapat kita tarik garis atau benang merah bahwa tren atau kecenderungan kea rah mana akuntansi menuju sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat adalah menuju suatu sifat yang lebih bernuansa sosial, etis, lebih relevan, dan bertanggung jawab.
Lee Parker maupun profesi akuntan Australia dari konferensi internasional yang dilakukannya pada tahun 1994 menunjukkan arah akuntansi yang semakin bertanggung jawab. Masyarakat pada dasarnya menginginkan akuntansi yang memberikan informasi yang adil dan benar yang hakikatnya adalah pertanggungjawaban. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa kecenderungan ilmu akuntansi harus searah dengan tuntutan masyarakat itu.
Berbagai skandal korporasi yang melibatkan akuntansi belakangan ini semua kian menuntut akuntan yang bertanggung jawab.
Bagaimana profesi akuntan menyikapi tren ini? Dan bagaimana kita di tanah air? Siapa yang harus bertanggung jawab untuk menjadi pionir? Semua pertanyaan itu terpulang kepada mereka yang terlibat menjalankan roda organisasi lainnya yang terkait.
Megatrends 2010
Baru-baru ini keluar buku Megatrends 2010 yang ditulis oleh Patrice Aburdene (2005). Beliau mengemukakan paling tidajk ada tujuh kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan mempengaruhi profesi akuntansi. Dan Teori akuntansi ke 7 Megatrend adalah:
1. Kekuatan Spiritual (the Power of Spirituality);
2. Munculnya Kapitalisme yang sadar (the Down of Conscious Capitalism);
3. Pemimpin lahir dari level tengah (Leading from the Middle);
4. Bisnis Spiritual (Spirituality in Business);
5. Konsumen berbasis Nilai (The Value-Driven Consumer);
6. Gelombang Solusi Kesadaran (The Wave of Conscious Solutions);
7. Boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki tanggung jawab social (The Socially Responsibility Investment boom).
Dari ke-7 megatrend ini baru trends no.7 yang mulai ditanggapi oleh profesi akuntansi. Dalam teori dan standar akuntansi yang belum memberikan pedoman yang tetap. Megatrend lainnya sama sekali belum terlihat arah dan penunjuk untuk memenuhinya. Misalnya bagaimana peran akuntansi mengukur, mencatat atau melaporkan asek nilai-nilai, spiritualisme dan sebagainya. Entah nanti akuntansi syariah bisa memberikan alternative. Penelitian bidang ini tentu sangat dibutuhkan untuk pengembangan teori akuntansi sehingga profesi ini tidak ditinggal jauh dan bahkan bisa menjadi dinosaurus.
C. Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi
Perkembangan terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi yang menjadi tren di antaranya adalah:
1. Akuntansi internasional atau akuntansi global;
2. Akuntansi Islam;
3. Akuntansi Sumber Daya Manusia;
4. Triple entry accounting system;
5. Employee Reporting;
6. Value Added Reporting;
7. Akuntansi Perilaku;
8. Multi Diciplines Paradigm;
9. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan;
10. Efficient Market Hypothesis (EMH);
11. Krisis Akuntansi.
Topic tiga pertama sudah disinggung di beberapa bab sebelumnya dan dalam bab ini kita akan membahas poin 4 dan seterusnya.

1. Triple Entry system
Kalau dahulu kita mengenal single entry, double entry maka sekarang kita mengenal triple entry. Dalam system ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi. Model ini bukan saja transaksi yang memengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan pasiva yang dilaporkan, tetapi juga force atau power yang menyebabkan sehingga laporan neraca misalnya menyajikan Wealth = Capital = Force. Triple entry memiliki force account yang mencatat beberapa factor antara lain perubahan harga, perubahan jumlah, atau perubahan volume terhadap arus hasil dan biaya. Misalnya jika harga suatu barang naik maka akan dibuat perkiraan force. Demikian juga kalau terjadi perubahan volume dan jumlah. Informasi yang dilaporkan melalui model ini disebut force statement. Nanti akan ada tiga jenis laporan wealth statement, capital statement, dan force statement. Wealth statement melaporkan kekayaan perusahaan (A-L) sedangkan capital statement melaporkan komposisi dan perubahan modal di mana informasi laba rugi dimasukkan di dalamnya. Sementara itu, force statement memuat informasi perubahan kekayaan juga, tetapi yang dipengaruhi oleh kenaikan atau penurunan laba saja. Force statement ini akan didampingi oleh laporan variance analysis yang merinci komponen fixed dan varibel.
Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Triple entry sistem ini juga menjelaskan margin-variance, volume variance, dan efficiency variance. Ketiga metode ini akan menghasilkan angka yang sama. Bisa juga mencatat aspek nilai daya beli yang dicatat sehingga pembaca mendapatkan informasi tentang daya beli atau dampak inflasi terhadap perusahaan.
Dalam Studies in Accounting Research yang ditulis Yuji Ijiri yang disponsori AAA menyatakan bahwa kalau double entry itu berdimensi dua maka triple entry ini berdimensi tiga jadi sebenarnya merupakan penyempurnaan dari system double entry. Bagi yang berminat mendalami ini dapat dibaca Studies in Accounting Research No.18. yang ditulis Yuji Ijiri (1982).
2. Employee Reporting
Semakin besarnya kekuatan menawarkan serikat pekerja di Barat, khususnya di Eropa menimbulkan fenomena baru dalam tuntutan akan laporan keuangan yang dapat menggambarkan informasi yang dibutuhkan oleh kaum pekerja. Pegawai selaku salah satu dari stakeholders juga berhak akn informasi keuangan. Informasi keuangan seperti inilah yang disebut Employee reporting. Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting sangat berkembang d USA dan Eropa pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa Negara seperti anggota Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) seperti USA, Canada, Jerman, Perancis, Denmark, Norwegia, Swedia, dan United Kingdom (Belkaoui, 1995).
Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy dalam belkaoui, 1985):
1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure;
2. Praktik dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan;
3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan;
4. Perkembangan di Negara lain akan perlunya informasi dimaksud.
Di samping tentunya semakin kuatnya organisasi pekerja di planet ini. Keharusan perusahaan memasukkan informasi yang dibutuhkan karyawan dan serikat pekerja telah diatur oleh berbagai Negara, seperti di Jerman, 1972, Prancis, 1979, Swedia, USA, dan Kanada.
Beberapa informasi pennting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini adalah:
- Jumlah pegawai;
- Lokasi tempat bekerja;
- Umur karyawan;
- Jam kerja;
- Biaya tebaga kerja;
- Program pension;
- Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua;
- Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path;
- Pengakuan terhadap serikat pekerja;
- Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin;
- Dan sebagainya.
Dari suatu survey laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979 diketahui beberapa alasan pelaporan sebagai berikut (Lewis, et. Al 1984)
a. Menyampaikan perubahan.
b. Menyajikan propaganda manajemen.
c. Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahaan.
d. Menyampaikan keputusan manajemen.
e. Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.
f. Menjelaskan tujuan perusahaan.
g. Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.
h. Merespons tekanan legislative atau serikat pekerja.
i. Membangun imej perusahaan.
j. Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkappan informasi yang dibutuhkan karyawan.
k. Merespon kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun persaingan.
l. Menunjukkan perhatian besar terhadap karyawan.

3. Value Added Reporting
Value Added Reporting (VAR) atau Laporan Pertambahan Nilai berkaitan juga dengan Human Rresources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utama di berbagai Negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan Arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi:
1. Total produktivitas dari perusahaan;
2. Share dari setiap stakeholder atau anggota tim yang ikiy dalam proses manajemen yaitu, pemegang saham, kreditor, pegawai, dan pemerintah (Belkaoui, 1995).
Kalau laporan kkeuangan konvensional menekkankan informasinya pada laba maka VAR menekankan pada upaya meng-generate kekayaan atau nilai tambah. Karena laba biasanya hanya menggambarkan hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut terlibat dalam kegiatan perusahaan. Value Added adalah kenaikan nilai kekayaan yang digenerate atau dihasilkan dengan penggunaan asset produktif dari seluruh sumber-sumber kekayan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditor, dan pemerintah. Sebenarnya konsep dasar dari VAR ini sudah dikenal dalam ilmu ekonomi terutama dalam perhitungan Pendapatan Nasional. Namun, perlu diingat bahwa value added tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan pertambahan nilai mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders. Laporan Pertambahan Nilai jangan pula disamakan dengan Pajak Pertambahan Nilai.
Isi Laporan Pertambahan Nilai
Sebenarnya Laporan Pertambahan Nilai ini adalah modifikasi dari Laporan Laba Rugi sehingga pada dasarnya dapat disusun dengan menggunakan laporan laba rugi ini. Langkah yang di ikuti dalam menyusun laporan pertambahan nilai dari laporan laba rugi adalah (Belkaoui, 1995):
Langkah 1:
Disini dihitung Laba Ditahan yang didapat dari Hasil Penjualan dikurangi Biaya, Pajak, Dividen, atau:
Penerimaan Penjualan Rp ……….
Dikurangi:
Pembelian Barang dan Jasa Rp ……….
Penyusutan Rp ……….
Biaya karyawan Rp ……….
Biaya Bunga Rp ……….
Dividen Rp ……….
Pajak Rp ……….
Total Pengurangan Rp ………
Laba Ditahan Rp ……….


Langkah 2:
Laporan Pertambahan Nilai ini dapat dosusun dari data di atas dengan format sebagai berikut:
Penerimaan Penjualan Rp ……….
Dikurangi: Pembelian Barang dan jasa Rp ……….
Pertambahan Nilai Kotor Rp ……….
Pertambahan Nilai ini dirinci sbb:
Penyusutan Rp ……….
Biaya karyawan Rp ………
Biaya bunga Rp ……….
Dividen Rp ……….
Pajak Rp ……….
Total Pertambahan nilai Rp ……….
Beberapa kegunaan dari Value Added Reporting ini dapat disebut sebagai berikut:
a. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash sebagai dasar perhitungan reward.
b. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk memgetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan).
c. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi danekonomi dengan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapan nasional.
d. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan nilai kotor:
1. Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal.
2. Dengan mengurangi biaya penyusutan akan menghindari double counting yang bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara dua perusahaan.
3. Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua.
4. Mestinya remunerasi karywan tidah hanya berasal dari gaji, tetapi juga kenaikan kekayaan, ini konsep baru dalam dunia bisnis modern.
5. Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan perusahaan.
6. Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasianal.
7. Dapat menilai proporsi masing-masing terhadap niali tambah sehingga dapat mendorong keadlian.
Namun, di samping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan Laporan Pertambahan Nilai ini, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang bekerja sama dengan yang lain.
b. Ada kemungkinan dengan adnya laporan pertambahan niali ini manajemen salah tanggep seolah ingin memaksimasi pertmabhan niali.
c. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat seperti :
1. Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba;
2. Kenaikan pertambahan niali per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang saham;
3. Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan niali;
4. Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap meruapakan prestasi ekonomi yang baik;
5. Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji yang tinggi.
4. Akuntansi Perilaku
Aspek budaya dalam akuntansi disebut juga behavioral accounting. Di sini diperhatikan berbagai budaya yang dapat memengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan perilaku konsumennya atau penyajiannya. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi baik dalam bidang akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen. Bahkan ini dianggap sebagai bidang (cabang) akuntansi yang khusus (Siegel, Ramanauskas-Marconi, 1989). Bidang akuntansi ini dimulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Pada tahun 1951 the Controllership Foundation of America mensponsori penelitian untuk mengetahui pengaruh budget terhadap manusia. Riset ini dilakukan oleh Cornell University dengan dipimpim oleh Chris Argyris. Penelitian ini telah memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa perilaku yang muncul dalam penerapan budget. Hasil riset ini muncul di Harvard business Review yang ditulis oleh Argyris dengan judul Human Problems with budget. Sejak itu maka banyak ahli menjadi pemerhati dan menjadi peneliti akuntansi perilaku ini seperti Mayo, Maslow, Mc Gregor, Likert.
Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana reaksi manusia terhadap informasi yang akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku dari system budget terhadap prilaku, dampak system responsibility accounting terhadap oerilaku, dampak system desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam system pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambulan keputusan, factor perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi sumber daya manusia, dan sebagainya. Lebih simple Siegel, Ramanauskas, dan Marconi (1989) membaginya atas tiga bagian besar berikut ini.
1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, kontruksi, dan penggunaan system akuntansi.
2. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.
3. Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.


5. Multidiscipline Paradigm
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin munculnya paradigm baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplion ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Fenomena ini juga melanda akuntansi.
Mulanya ilmu yang dikenal manusia adalah ilmu filsafat. Menurut Al-Farabi, ilmu filsafat adalah ilmu pengdetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya (Anshari, 1991). H.Endang Saifuddin Anshari (1991) mengubgkapkan ilmu itu kemudian berkembang menjadi tiga bidang.
a. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural science):
1. Biology
2. Antropologi fisik
3. Kedokteran
4. Farmasi
5. Pertanian
6. Ilmu Pasti
7. Ilmu Alam
8. Teknik
9. Geologi, dan lain-lain.
b. Ilmu Sosial (Social Science):
1. Ilmu Hukum
2. Ekonomi
3. Jiwa Sosial
4. Bumi Sosial
5. Sociology
6. Antropologi Sosial Budaya
7. Sejarah
8. Politik
9. Pendidikan
10. Publisistik dan Jurnalistik
11. Dan lain-lain.
c. Humaniora (Humanities Science):
1. Ilmu Agama
2. Ilmu Filsafat
3. Ilmu bahasa
4. Ilmu seni
5. Ilmu Jiwa (psikologi)
Ilmu ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu social berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu seperti :
1. Ekonomi Mikro dan Makro
2. Ilmu Manajemen
3. Oembangunan
4. Pemasaran (marketing)
5. Produksi (production)
6. Keuangan (finance)
Ilmu manajemen berkembang lagi menjadi berbagai disiplin ilmu seperti; Akuntansi, Business Policy, budgeting, Planning, Operating Research, Information System, dan lain-lain.
Akuntansi kemudian berkembang lagi seperti: Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Teori Akuntansi, Sejarah Akuntansi, Akuntansi Internasional, Controllership, Sistem Pengawasan Manajemen, Auditing, dan sebagainya.
Perkembangan ilmu di masing-masing bidang ini selalu berkaitan erat dan saling mengisi dengan disiplin ilmu lain. Contoh yang paling menarik adalah munculnya ilmu decision science. Ilmu ini tampaknya mengkristal sebagai gabungan dari berbagai disiplin ilmu seperti akuntansi, computer, information system, expert system, decision science, mathematic, dan management science.
Akuntansi sebagai suatu system informasi membutuhkan computer, information science, dan decision science. Akhirnya muncullah ilmu baru seperti decision science yang sumberformula dan elemen-elemennya berasal dri ilmu tadi. Decision science ini merupakan disiplin ilmu baru di Amerika dan bahkan sudah menjadi salah satu jurusan yang popular di College of Business, fenomena inilah yang disebut Multidicipline paradigm.
Fenomena ini menarik karena Nampak sekali bahwa lengah sedikit saja dalam pengembangan ilmu itu kita akan ketinggalan ditelan kemajuan disiplin lain. Oleh karena itu, pengembangan disiplin dan profesi akuntansi di tanah air jangan sampai lengah dan terlambat mengantisipasi perubahan ilmu dan teknologi yang demikian cepat.
Dalam megatrend akuntansi Enthoven diharapkan akuntansi lebih memikirkan perndekatan terpadu dengan disiplin ilmu lainnya.
6. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan
Dilaksanakannya “Earth Summit” mangingatkan kita pada isu yang sama di ajukan oleh Club of Rome tahun 1975 yang lalu yaitu Konsep Limit to Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai factor yang harus direm perkembangannya seperti perkemabangan penduduk, investasi, kkonsumsi sumber alam, industry, ketidakadilan distribusi pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamaykan masa depan umat manusia dengan mengingatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersfat global dan dependen. Subbab ini ingin mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk memudahkan para pengambil keputusan dalam memanaje masalah pembangunan, lingkunagn, dan aspek social ekonominya.
Akuntansi sebagai Alat Ukur
Sebenarnya akuntansi diam-diam mempunyai perangkat penting dalam mengamankan pembangunan bumi yang aman. Namun, para teknokrat barangkali belum tahu dan mungkin tidak terpikir untuk memanfaatkannya. Bekas presiden Bank Dunia A. W. Clausen pernah mengeluh bahwa karena ketiadaan aat yang dapat mencatat, mengukur, dan melaporkan posisi kejadian, dampak industry (pembangunan) kepada masyarakat, menimbulkan kesukaran kita mengawasi dampak itu. Ia menyebutkan:
Saya mengakui salah satu alasan dari respons kita yang tidak lengkap terhadap permasalahan social adalah isu kualitas hidup yang membingungkan dan penyebab utama kkebingungan itu adalah kekurangan atau karena “kasarnya” bentuk dan kualitas pengukuran (May 1971).
Keluhan beliau ini sebenarnya dapat diatasi oleh disiplin akuntansi sebagai satu instrument measurement of quality. Para ahli akuntansi sejak awal athun 1930-an sebenarnya sudah melakukan pengkajian yang intensif tentang bagaiman mencatat, mengukur national income, social accounting, dan dampak social yang diakibatkan oleh industry, perusahaan, atau kegiatan pembangunan. Ini tidak berbeda dengan apa yang dibicarakan dalam KTT Bumi tersebut. Dalam pengertian lingkungan termasuk di dalamnya manusia, flora, fauna, air, lahan, dan segala isinya.
Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, factual, dan relevan. Keadaan yang factual, valid, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut environment accounting. Disiplin ini secara, teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan.
Perlunya Akuntansi Lingkungan
Keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang menganggap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah dan Negara dan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industry sebenarnya hidup dari lingkungan. Ya factor alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi. Adalah etis seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain sebagai penduduk bumi ikut bertanggung jawab melindungi bumi dari setiap kerusakan lingkungan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan merusak dia sendiri sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.

Kesulitan Pengukuran
Kesulitan utama dari akuntansi bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dalam menentukan criteria pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost maupun social benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobyl, kasus Union Carbides, dan lain sebagainya menunjukkan betapa sukarnya melakukan penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan sesuai pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.
Penyajian
Dari berbagai konsep yang diajukan lembaga dan para ahli ada yang menganjurkan metode penyajian: penjelasan dalam laporan keuangan (footnote disclosure, narrative disclosure), membuat pos tersendiri, laporan khusus tentang kerusakan lingkungan, Social Responsibility Report, Environment Exchange Report, Social Income Statement Report, Compherensive Social Benefit Cost Model, dan Multidimensional Income Statement. SEC biasanya mengharuskan perusahaan yang listed di bursa New York Stock Exchange untuk melaporkan hal-hal yang bertalian dengan masalah lingkungan, dan social cost dan benefit lainnya.
7. Efficient market Hypothesis
Sebenarnya topic ini bukan baru apalagi tren, karena isu ini sudah lama kenal dalam akuntansi. Dalam akuntansi dikenal teori atau hipotesis EMH (Efficient Market Hypothesis). Teori EMH ini menyatakan bahwa “Pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham.” Dalam bahasa penelitian bidang penelitian yang menyangkut soal ini adalah positive accounting teory. Dalam teori ini yang dibahas bukan bagaimana mencatat transaksi, tetapi menyangkut:
a. Melihat hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada public dan reaksi pasar terhadap informasi itu yang dilihat dari indicator harga saham di bursa;
b. Melihat pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.
Fama (1969) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang efisien adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
b. Semua informasi tersedia secara Cuma-Cuma bagi semua peserta pasar.
c. Semua sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan distribusi harga masa yang akan dating dari tiap saham.
Menurut Fama informasi ada tiga set informasi:
a. Gerakan harga saham masa lalu;
b. Informasi yang tersedia bagi public;
c. Seluruh informasi baik uang tersedia bagi public maupun milik perusahaan.

Ketiga set informasi di atas dapat memengaruhi harga saham sebagai berikut.
a. Bentuk lemah (weak form) dari sham efisien. Di sini harga pasar saham pada periode tertentu secara penuh merupakan refleksi dari informasi yang berasal dari harga harga saham masa lalu. Di sini tidak ada strategi dagang berdasarkan siklus harga, pola harga atau peraturan lainnya.
b. Bentuk semi kuat (semistrong) di mana harga saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang tersedia kepada public termasuk harga saham masa lalu. Di sini juga tidak ada strategi dagang yang dipakai dalam perdagangan saham.
c. Bentuk kuat (strong form) di mana harga saham merupakan gambaran dari seluruh yang ada baik informasi harga saham yang lalu, informasi yang tersedia untuk public dan informasi lainnya seperti informasi dari dalam dan informasi pribadi nlainnya.
Dari ketiga bentuk ini maka bentuk semistrong-lah yang paling relevan dengan akuntansi karena dasar informasinya adalah informasi yang tersedia bagi public.
Dalam EMH sering digunakan Capital Assets Princing Model (CAPM). Yang dimaksud dengn model CAMP ini adalah suatu model yang menaksir laba yang abnormal atau laba yang tidak diperkirakkab dari saham biasa suatu perusahaan pada saat diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semistrong juga dipakai dalam model ini.
8. Krisis Akuntansi Masa Depan
Walaupun profesi akuntan dinilai mengalami perkembangan yang demikian cepat, bukan berarti profesi ini tidak menunjukan hal-hal yang bersifat suram. Disamping itu, akuntansi tidak hanya memberikan informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif. Akuntansi konvensional juga sedang menjadi sorotan khususnya ketidakmampuannya memberikan informasi yang relevan pada situasi di mana prinsip stable monetary unit tidak berjalan seperti masa inflasi.
Akuntansi konvensional juga mendapat tantangan dari akuntansi islam, akuntansi pertambahan nilai, akuntansi sumber daya manusia,dan pelaporan pegawai. Berbeda dengan akuntansi kovensional , akuntansi islam lebih menekan pada aspek pertanggungjawaban dengan penekan pada keadilan dan kebenaran, bukan saja mengabdi kepada kepentingan pemegang saham saja, tetapi juga semua pihak dan menaati semua hokum syriah. Fenomena ini menunjukan ketidakpuasan terhadap akuntansi konvensional jika tidak ditanggapi akan dapat menimbulkan krisis kepercayaan terhadap konvensional saat ini.
Akuntansi manajemen juga dapat mempengaruhi eksistensi akuntansi keuangan. Fungsi akuntansi keuangan selama ini menekan pada kepentingan public yang terkait dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi atau regulator sehingga relevansinya terhadap kepentingan manajemen kurang. Akuntansi manajemen dianggap memberikan informasi yang lebih relevan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Menurut penelitian proses penurunan porsi penerimaan kantor akuntan dari jasa audit semakin lama semakin menurun dan fungsi atau jasa konsultasi justru semakin meningkat.
Ketentuan itu adalah sebagai berikut :
a. Kantor akuntan hanya boleh memberikan jasa information technology (IT) dan konsultasi lainnya jika Komite Dewan Audit menerimanya.
b. Auditor independen akan dinilai apakah investor yang biasa akan melihat ada tidaknya konflik.
c. Auditor tidak dapat melakukan tugas internal auditing melebihi 40%.
d. Perusahaan harus mengungkapkan berapa mereka membayar untuk biaya audit, konsultasi, dan jas pajak.

a. Krisis Akuntansi Menurut Lev
Menurut Lev, akuntan bukan a good eyesight. Apalagi jika ingin melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud seperti : ide, merek, cara kerja, goowill, franchises. Lev mengambil contoh, didalam standart dan poor 500,500 perusahaan memiliki rasio market to net value perusahaan (yang terdapat di neraca) lebih besar dari 6. Ini berarti bahwa angka neraca yang di-supply oleh akuntansi keuangan hanya menggambarkan 10-15% dari nilai perusahaan. Pada tahun 1929 rasio modal intangible business yang cukup spektakuler. Produk intangible asset dapat berupa :
1. Aktiva yang dikaitkan dengan produk inovasi atau hasil R & D.
2. Aktiva yang dikaitan menjual dengan merek (brand) perusahaan dengan mana perusahaan menjual mereknya. Misalnya nike, reebok, mc Donald, dunhill;
3. Aktiva structural yaitu kemampuannya melebihi perusahaan lain selaku kompetitornya;
4. Monopoli, perusahaan yang menikmati hak hal monopoli.
b.Krisis menurut Belkaoui
Pada tahun 1989 Belkaoui menulis buku dengan judul The Coming Crisis in Accounting yang membahas krisis akuntansi yang mungkin muncul dari hal-hal sebagai berikut :
1. Profesi Akuntan
Dalam profesi akuntan terjadi penurunan remunerasi, penurunan jumlah tenaga kerja, peningkatan porsi jasa konsultasi dan pengurangan jasa akuntan/auditing. Akuntan yang selama ini dianggap borjius justru menjadi proletar. Di samping itu, ada juga anggapan bahwa akuntan sebetulnya bukan tergolong sebagai profesi karena ketidakmampuan menjadi independen dan otonom dari langganannya dan kehilangan monopolinya atas jasa informasi akuntansi yang saat ini banyak di-supply oleh IT.
2. Kecurangan dalam lingkungan akuntansi
Kecurangan adalah tindakan criminal. Banyak tindakan kecurangan yang dilakukan korporasi maupun kecurangan yang melibatkan akuntan khususnya melalui laporan keuangan. Public menganggap meningkatnya kecurangan ini tidak lepas dari kegagalan profesi akuntan. Bahkan di tanah air akuntan sering juga dicap”tukang angka” yang bias menentukan jumlah laba atau rugi perusahaan. Kasus factual telah banyak terjadi mendukung anggapan ini sehingga akuntan berada di ambang krisis.
3. Menurunnya work load dalam proses akuntansi
Karena kemajuan computer, tugas-tugas akuntansi sudah bias dilakukan oleh software yang user friendly sehingga tidak memerlukan keahlian akuntansi lagi. Dengan demikian, beban kerja dari seorang ahli akuntan semakin terbatas yang akan menimbulkan krisis profesi akuntan.
4. Iklim organisasi dikantor akuntan
Kantor akuntan adalah fakultas kedua setelah fakultas ekonomi. Kantor akuntan hanya sebagai batu loncatan untuk memasuki dunia bisnis lain yang lebih menggiurkan. Bahkan turn over perpindahan kerja, di kantor akuntan cukup tinggi, career path tidak jelas, job description yang tidak tegas, semakin kabur, dan bahkan semakin tingginya konflik internal dalam kantor akuntan itu sendiri. Bahkan jasa yang akan dibolehkan diberikan oleh akuntan semakin di atur dan dibatasi seperti baru-baru ini diberlakukan oleh SEC di USA, di mana akuntan tidak bias bebas memberikan beberapa jasa pada perusahaan yang sama karena dianggap mengurangi independensi.
5. Problema produksi ilmu pengetahuan dalam akuntansi
Ilmu pengetahuan paling tidak saat ini dari proses akademik sedangkan akuntansi adalah kebutuhan profesi yang berkembang secara praktik dalam dunia bisnis. Sering terjadi antara hasil proses ilmu pengetahuan dari proses akademik sering tidak match atau tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dunia praktik sehingga terjadi gap antara dunia akademis dengan dunia profesi. Banyaknya keluhan ditemukan pasar bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah tidak relevan dengan apa yang diinginkan pasar atau user dari tenaga akuntan yang dihasilkan perguruan tinggi itu. Jika hal ini berjalan terus maka akuntansi juga akan mengalami krisis.
Disamping itu, semua Belkaoui (2006) mempertanyakan apakah akuntan itu benar sebagai profesi atau tidak . Menurut beliau paling tidak ada persyaratan jika ingin disebut sebagai suatu profesi, yaitu :

a. Memiliki disiplin ilmu pengetahuan
b. Otonom dalam melaksakan profesinya
c. Memiliki perasaan solidaritas kelompok yang paling setia
d. Bias mengatur sendiri praktik
e. Memerlukan izin praktik
f. Memiliki kekuasaan atas langganannya
g. Memiliki kode etik.
Menurut Belkaoui akuntan saat ini tidak memiliki otonomi yang cukup kepada langganan dalam melaksanakan profesinya dan tidak memiliki kekuasaan atas langganan. Kemudian, dengan berkembangnya ilmu computer maka kompleksitas profesi menjadi berkurang akibat kemampuan computer menyabot sebagian besar fungsi akuntan terutama dalam penyajian laporan keuangan. Dari sini Belkaoui menyimpulkan bahwa akuntansi berada dalam situasi apakah sebagai”yang tidak murni profesi” atau berada pada proses bertahap”deprofessionalisasi”.
c.Skandal Korporasi
Skandal korporasi ini sebenarnya bukan hal yang baru. Sejarah menunjukan bahwa manusia dengan segala kemajuan dan perangkat social yang dimilikinya sudah didesain untuk menghindari kemungkinan skandal itu. Skandal korporasi itu ada yang menggunakan teknik akuntansi. Skandal korporasi yang terjadi belakangan ini terungkap, umumnya menyangkut skandal akuntansi. Bahkan skandal ini sempat meruntuhkan salah satu kantor akuntan besar Arthur Anderson di Amerika dan mengubah system pertanggungjawaban korporasi di Amerika. Untuk mengasi itulah tidak kurang presiden George bush jr melakukan pidato dan mengujungi NYSE dan pada tanggal tangga 30 juli 2002 UU Corporate Accountability telah diundangkan. UU ini diharapkan untuk dapat mengembalikan kepercayaan public terhadap perusahaan Amerika yang sudah jatuh akibat berbagai skandal yang terjadi belakangan ini. UU itu mencakup sebagai berikut :
1. Peningkatan hukuman bagi pelaku kecurangan dan pemusnahan dokumen
2. Mewajibkan CEO dan CFO perusahaan public untuk membuat pernyataan mengenai keakuratan laporan keuangan serta bertanggung jawab jika terjadi kecurangan
3. Mewajibkan SEC menunjukan badan pengawasan yang bekerja purna waktu dan mendisiplinkan akuntan public pasar modal
4. Mencegah KAP memberikan jasa konsultasi kepada perusahaan yang dia audit, menghentikan setiap kecenderungan pertentangan kepentingan
5. Melarang pinjaman pribadi dari perusahaan kepada pimpinan puncak dan direksi dan mewajibkan orang dalam perusahaan memberikan informasi kepada SEC sesegera mungkin jika terjadi pembelian atau penjualan saham perusahaan.
Respon Amerika terhadap skandal besar 2002 ini cukup cepat kendatipun kemungkinan terjadinya kasus serupa di masa yang akan datang masih mungkini. Sejauh ini memang skandal keuangan akibat kesalahan akuntansi belum banyak terungkap karena dinaungi besarnya KKN.
d.Alternatif Akuntansi Konvensional
Skandal besar dalam korporasi belakangan ini yang mempengaruhi industry keuangan, pasar modal, investor, profesi dan karyawan menurut Bazerman et.al (2002) tidak lepas dari tindakan korupsi, kriminalitas dari akuntan yang tidak memiliki etika yang memalsukan angka-angka, melakukan penyelewengan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk melindungi kliennya. Hal ini tidak terlepas dari factor “unconscious bias” yang berasl dari sifat subjektif dari akuntansi itu sendiri serta hubungan yang sangat erat antara akuntan public dan langganannya.
Akuntansi kapitalisme dinilai dituduh hanya sebagai bentuk kesadaran palsu yang memistikkan. Akuntansi dituduh bukan memberikan informasi yang benar tentang hubungan social yang harmonis. Ia hanya membungkus kepentingan ekonominya dalam symbol efisiensi, laba rugi, produktifitas, dan sebagainya (Harahap,1993). Dalam diri disiplin akuntansi konvensional itu sendiri lahir beberapa konsep yang keluar dari mainstreamnya seperti munculnya socio economic accounting, environmental accounting, employee reporting, human resoures accounting, value added reporting, Islamic aceounting.Current Cost accounting (Belkaoui, 1984, Harahap, 2003).
e.Bazerman
Menurut Bazerman (2002) akuntan itu memiliki unconscious bias, sesuatu bias yang terjadi tanpa disadarinya disebabkan adanya “self serving bias”. Self serving bias ini muncul disebabkan enam factor psikis : (1) ambiguity dari ilmu akuntansi karena banyaknya persoalan yang memerlukan pertimbangan dan kebijakan subjektif ; (2) attachement, terhadap kepentingan nasabah karena akuntan ditunjukan dan dibayar oleh perusahaan; (3) approval, di mana akuntan selalu cenderung menerima dan menyetujui judgment perusahaan; (4) familiarity merupakan sifat di mana kita mengutamakan membela kenalan daripada orang asing yang belum dikenal; (5) discounting di mana orang cenderung merespons akibat yang akan muncul segera dan menunda risiko yang masih lama; (6) escalation merupakan kecenderungan untuk menyembunyikan atau mengabaikan hal-hal yang bersifat minor. Auditor pada akhirnya ikut menerima laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan.
f.Albrecht dan Sack
Albrecht dan Sack (2000) melakukan penelitian yang sangat intens tentang nasib pendidikan akuntansi di USA dan mereka menyimpulkan bahwa profesi ini tengah mengalami bahaya disebabkan tiga factor:
1. Jumlah dan kualitas mahasiswa yang memilih jurusan akuntansi menurun secara drastic. Mereka menganggap profesi ini tidak bernilai tinggi lagi dalam bekerja di dunia bisnis.
2. Praktisi dan akademis akuntansi yang ingin melanjutkan studi memilih jurusan yang bukan akuntansi.
3. Tokoh akuntan dan praktisinya menyatakan bahwa pendidikan akuntansi yang sekarang sudah kuno, rusak, dan perlu diubah secara signifikan.
Memang situasi ini belum memasuki profesi di tanah air tetapi biasanya gelombangnya akan merambah praktisi di Negara lain karena sector ekonomi dan bisnis dikuasai oleh Amerika.
g.Akuntansi dan UKM dan Dunia Ketiga
Desain dari akuntansi yang saat ini dikenal terutama yang diajarkan di perguruan tinggi lebih banyak untuk kepentingan perusahaan besar dan perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Padahal sebagian besar perusahaan banyak tergolong perusahaan kecil dan titik terdaftar di pasar modal sehingga akuntansinya juga mestinya memiliki perbedaan. Salah seorang yang bergelut dengan sector usaha kecil dan koperasi Thoby Mutis menyatakan betapa akuntansi konvensional tidak bias diandalkan untuk membantu perusahaan UKM dan perusahaan yang tidak terdaftar di pasar modal. Akuntansi untuk UKM dan koperasi harus memiliki sifat dan ciri tersendiri.
h.Siapa Mengawasi Siapa
Permasalahan lain yang juga sering dihadapi di masyarakat adalah masalah siapa yang mengawasi akuntan. Akuntan yang sering juga dinilai sebagai profesi pengawas, sering dipertanyakan siapa yang mengawasinya? Kita dihadapkan pada pertanyaan filosofi yang telah lama: “ Quis custodiet custodies? Siapa yang mengawal pengawal, yang menjadi polisi bagi polisi, yang mengontrol pengontrol, yang mengawasi pengawas?
i.Jim Peterson
Dalam sebuah artikelnya di International Herald Tribune tanggal 18-19 November 2006 halamn 17 dengan judul yang sangat provokatif “ An Auditor’s Cry for Love? Saya terjemahkan dengan “Auditor yangminta disayangi?” Jim Peterson mengemukakan isu yang sangat kritis yang selam ini sudah menjadi buah bibir masyarakat, tetapi tidak pernah dijadikan isu formal dalam profesi, yaitu apakah jasa akuntansi selam ini dalam menyajikan informasi keuangan masih bermanfaat?
Beliau mengemukakan pada awal November 2006 th Big Four ditambah dua lembaga besar, yaitu :
1. Deloittee
2. Ernest & Young
3. KPMG
4. Pricewaterhouse Coopers
5. Grant Thornton
6. BDO

tentang aku

Siapakah aku???
• Aspek Diri
 fisik
Mulai dari fisik, fisik ku standart seperti cewe lainnya, tetapi hanya kurang tinggi aja ya tapi kurang lebih semampailah tinggiku kira-kira begitulah..Seperti kebanyakan orang lain setiap manusia ingin lebih sempurna di hadapan banyak orang, selama itu masih enjoy dijalaninya asyik-asyik aja.aku sangat bersyukur atas yang telah allah berikan kepadaku dengan semua nikmatnya yang telah ku dapatkan selama ini.
Alhamdulillah kesehatan dalam jasmani dan rohani keadaan sehat walhafiat sampai saat ini. Walaupun disatu sisi ku punya penyakit Maag yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Ras dalam kehidupan sangat perlu sekali dalam kehidupan sehari-hari untuk memperjelas tentang status ku dalam lingkungan dalam bermasyarakat, aku mempunyai ras atau suku dari jawa, aku asli orang jawa barat, walau kita punya berbagai macam ras atau suku kita harus saling menghargai satu sama lain.

 Psikis
Kepribadian???
Aku kadang-kadang suka egois, biasa sifat manusia yang tidak bisa
dihilangkan dalam kehidupan. Tapi terkadang dalam kehidupan dalam keluarga aku selalu mengalah, mungkin karna aku anak pertama kali ya, yang selalu mengalah untuk adik-adikku.
Kemampuan???
Aku punya kemampuan yang biasa-biasa aja dalam kehidupan, disatu sisi ku bisa memasak walaupun tidak selihai para Ceff. Dalam kecerdasan ku hanya terbatas yang ada dalam kehidupan sehari-hari.dalam bakat ku bisa menari dalam tarian tradisional maupun moderent.



 Sosial
Hubungan dengan keluarga aku sangat baik sekali, maupun dengan teman-teman yang ada dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan kampus. Keterampiln social aku mempunyai kegiatan dalam lingkungan masyarakat yaitu kegiatan dalam karang taruna dalam lingkungan RT/RW.

 Spiritual
Religiusitas???
Aku tidak begitu religius, tapi disatu sisi aku tidak pernah melewati ibadah dalam lima waktu yang ku jalani. Kesadaran hubungan dengan alam semesta, sang pencipta,dan orang lain sangat baik sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam moralitas yang aku punya saat ini sangat baik sekali mudah-mudahan sampai seterusnya. Amien……….

tentang aku

Siapakah aku???
• Aspek Diri
 fisik
Mulai dari fisik, fisik ku standart seperti cewe lainnya, tetapi hanya kurang tinggi aja ya tapi kurang lebih semampailah tinggiku kira-kira begitulah..Seperti kebanyakan orang lain setiap manusia ingin lebih sempurna di hadapan banyak orang, selama itu masih enjoy dijalaninya asyik-asyik aja.aku sangat bersyukur atas yang telah allah berikan kepadaku dengan semua nikmatnya yang telah ku dapatkan selama ini.
Alhamdulillah kesehatan dalam jasmani dan rohani keadaan sehat walhafiat sampai saat ini. Walaupun disatu sisi ku punya penyakit Maag yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Ras dalam kehidupan sangat perlu sekali dalam kehidupan sehari-hari untuk memperjelas tentang status ku dalam lingkungan dalam bermasyarakat, aku mempunyai ras atau suku dari jawa, aku asli orang jawa barat, walau kita punya berbagai macam ras atau suku kita harus saling menghargai satu sama lain.

 Psikis
Kepribadian???
Aku kadang-kadang suka egois, biasa sifat manusia yang tidak bisa
dihilangkan dalam kehidupan. Tapi terkadang dalam kehidupan dalam keluarga aku selalu mengalah, mungkin karna aku anak pertama kali ya, yang selalu mengalah untuk adik-adikku.
Kemampuan???
Aku punya kemampuan yang biasa-biasa aja dalam kehidupan, disatu sisi ku bisa memasak walaupun tidak selihai para Ceff. Dalam kecerdasan ku hanya terbatas yang ada dalam kehidupan sehari-hari.dalam bakat ku bisa menari dalam tarian tradisional maupun moderent.



 Sosial
Hubungan dengan keluarga aku sangat baik sekali, maupun dengan teman-teman yang ada dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan kampus. Keterampiln social aku mempunyai kegiatan dalam lingkungan masyarakat yaitu kegiatan dalam karang taruna dalam lingkungan RT/RW.

 Spiritual
Religiusitas???
Aku tidak begitu religius, tapi disatu sisi aku tidak pernah melewati ibadah dalam lima waktu yang ku jalani. Kesadaran hubungan dengan alam semesta, sang pencipta,dan orang lain sangat baik sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam moralitas yang aku punya saat ini sangat baik sekali mudah-mudahan sampai seterusnya. Amien……….